Presiden Isaias Afewerki, Presiden Eritrea sejak negara tersebut meraih kemerdekaan pada 1991, adalah salah satu pemimpin paling lama menjabat di Afrika. Kepemimpinannya dikenal dengan berbagai kontroversi, baik di dalam negeri maupun di arena internasional. Artikel ini mengulas latar belakang, kebijakan, dan tantangan yang dihadapi Isaias Afewerki selama masa pemerintahannya di Eritrea.
Biografi Singkat
Isaias Afewerki lahir pada 2 Februari 1946 di Asmara, ibu kota Eritrea. Ia adalah seorang aktivis revolusioner yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Eritrea dari Ethiopia. Sebelum menjadi presiden, Afewerki bergabung dengan Front Pembebasan Eritrea (EPLF), sebuah kelompok gerilya yang berjuang melawan pemerintah Ethiopia selama konflik panjang yang berlangsung dari 1961 hingga 1991.
Setelah Eritrea meraih kemerdekaan dari Ethiopia pada 1991, Afewerki diangkat sebagai presiden dalam pemerintahan transisi. Pada 1993, setelah referendum yang menghasilkan dukungan bulat untuk kemerdekaan, Afewerki secara resmi dilantik sebagai presiden pertama Eritrea.
Kepresidenan
Isaias Afewerki memimpin Eritrea dalam kapasitas yang sangat kuat dan otoriter. Selama hampir lebih dari tiga dekade kepemimpinan, Afewerki telah mengimplementasikan kebijakan yang sangat memengaruhi kehidupan politik, sosial, dan ekonomi Eritrea.
- Politik dan Pemerintahan
Kepemimpinan Afewerki ditandai oleh konsolidasi kekuasaan yang ketat. Eritrea tidak memiliki sistem multipartai yang berfungsi; Partai Rakyat Eritrea (PFDJ) adalah satu-satunya partai politik yang diizinkan dan mengendalikan hampir seluruh aspek kehidupan politik. Afewerki mengklaim bahwa sistem ini diperlukan untuk menjaga stabilitas dan persatuan negara, tetapi kritik internasional sering menilai ini sebagai bentuk otoritarianisme. - Hak Asasi Manusia dan Kebebasan
Pemerintahan Afewerki dikenal dengan catatan hak asasi manusia yang buruk. Pengekangan kebebasan pers, penahanan tanpa proses hukum yang jelas, dan pelanggaran hak asasi manusia adalah isu utama. Eritrea sering disebut sebagai salah satu negara terburuk di dunia dalam hal kebebasan pers, dengan semua media dikendalikan oleh pemerintah dan banyak jurnalis serta aktivis di penjara. - Militerisasi dan Wajib Militer
Salah satu kebijakan yang paling kontroversial di bawah kepemimpinan Afewerki adalah wajib militer tanpa batas waktu. Program ini, yang dikenal sebagai “pelayanan nasional”, mewajibkan warga negara, termasuk pria dan wanita, untuk melayani dalam militer atau pekerjaan serupa. Hal ini sering dipandang sebagai bentuk kerja paksa dan menjadi salah satu alasan utama eksodus massal dari Eritrea. - Ekonomi dan Pembangunan
Ekonomi Eritrea menghadapi berbagai tantangan, termasuk sanksi internasional, kekurangan sumber daya, dan konflik. Meskipun pemerintah telah berusaha untuk membangun infrastruktur dan memajukan sektor pertanian, kemiskinan tetap menjadi masalah utama dan pengangguran tinggi. Kebijakan pemerintah yang sangat terpusat dan kurangnya investasi asing turut memperburuk situasi ekonomi.
Hubungan Internasional
Isaias Afewerki dan pemerintah Eritrea telah menghadapi isolasi internasional akibat kebijakan dalam negeri dan konflik regional. Namun, beberapa perubahan terjadi dalam hubungan internasionalnya.
- Konflik dengan Ethiopia
Eritrea dan Ethiopia terlibat dalam konflik panjang yang mencapai puncaknya dalam Perang Eritrea-Ethiopia (1998-2000). Setelah periode ketegangan, kesepakatan damai dicapai pada 2018. Normalisasi hubungan ini, yang dilakukan setelah lama terputus, dianggap sebagai langkah penting menuju perdamaian di kawasan, dan mendapatkan pujian dari komunitas internasional. - Sanksi Internasional
Eritrea telah menghadapi berbagai sanksi internasional terkait dengan dugaan dukungannya terhadap kelompok-kelompok militan dan pelanggaran hak asasi manusia. Sanksi ini mempengaruhi sektor-sektor penting, termasuk perdagangan dan investasi.
Tantangan dan Kontroversi
Kepemimpinan Isaias Afewerki terus menghadapi berbagai tantangan.
- Krisis Kemanusiaan
Penanganan pemerintahan terhadap kebutuhan dasar rakyat, termasuk kesehatan dan pendidikan, sering kali dikritik karena kekurangan dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara efektif. - Exodus Massal
Ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintahan, termasuk wajib militer dan pengelolaan ekonomi yang buruk, telah menyebabkan migrasi massal dari Eritrea. Banyak warga Eritrea melarikan diri ke negara-negara tetangga atau Eropa, menambah beban migrasi global. - Ketidakstabilan Regional
Meskipun ada perjanjian damai dengan Ethiopia, ketegangan regional dan persaingan kekuatan tetap ada, mempengaruhi stabilitas dan keamanan di kawasan tersebut.
Kesimpulan
Isaias Afewerki adalah figur sentral dalam sejarah Eritrea modern, dengan kepemimpinan yang penuh kontroversi dan tantangan. Kepemimpinannya ditandai oleh kebijakan otoriter dan pengendalian ketat, yang menghadapi kritik luas di dalam negeri dan internasional. Meskipun terdapat beberapa perkembangan positif dalam hubungan internasional, tantangan besar tetap ada di depan pemerintahan Eritrea dalam hal hak asasi manusia, ekonomi, dan stabilitas sosial. Masa depan Eritrea di bawah kepemimpinan Afewerki akan sangat bergantung pada bagaimana pemerintahannya menangani isu-isu mendasar yang dihadapinya dan bagaimana ia beradaptasi dengan dinamika politik dan sosial yang terus berubah.